aku salah menulis sebuah patah
ini untuk ingatanmu yang mungkin akan musnah
senyummu yang murah, tawamu yang renyah
semua itu membuatku menganggap hidupmu mudah

hanya nganga menahan berat di dada
kala kau ceritakan sesungguhnya, semuanya
ada rasa tak rela, mengapa harus kau yang mengalaminya
mengapa ini tidak menimpa orang-orang jahat di luar sana

gedung tinggi, asap kendaraan, dan debu jalanan
wajah lelah sepulang bekerja, ingin cepat sampai tujuan
pulang..
kau jangan buru-buru pulang, kemudian hilang ingatan
tawa renyahmu masih ku tunggu di ujung bulan
awas kalau tak datang.

hayam wuruk, 12 september 2017

aku punya seorang teman. aku mengenalnya sejak tahun lalu.
dia sampai saat ini, dia masih seorang laki-laki dan berusia 30th.
kenapa aku ingin menulis tentang dia? karena aku terkesan dengan dia.
aku sudah pernah menulis sedikit tentang dia di postinganku jauh sebelum ini.
silahkan dicari sendiri di blog ini.
kenapa terkesan? jawaban klise dan sederhananya hanya karena,
sejauh aku mengenalnya dia adalah satu-satunya orang yang tidak pernah menyakiti perasaan.
apalagi menyakiti fisik. tidak pernah.
dia adalah sosok panutan.
muda, bertalenta, aktif berkarya, sopan, dan tampan.
ibaratnya kamu baru pertama kali bertemu dengannya aku yakin kamu pasti akan langsung
suka dan nyaman dengan perangainya.
dia adalah sosok yang ceria, dan mudah berbaur dengan sekitar.
aku tidak pernah melihat dia marah, sedih, ataupun kecewa.
seperti tidak ada beban hidup di sorot matanya.
dia centil, suka mengabadikan dirinya sendiri dalam kamera miliknya.
mengabadikan kesehariannya dan mengunggahnya di sosial media.
bernyanyi tanpa beban walau dia tau suaranya tak semerdu josh groban.
menyenangkan. itu kesan yang mungkin juga akan kau dapat darinya.
dia aktif, aktif bekerja, berkarya dan bermain.
dia benar-benar menikmati fitrahnya sebagai mahluk sosial.
sepertinya begitu. dengan attitude seperti itu, pastilah temannya banyak.
semua orang akan menyukainya. aku berani taruhan untuk ini.
sekitar 5 bulan yang lalu sebuah musibah menimpanya.
dari ceritanya, dia bilang kalau dia mengalami kecelakaan di tempat kerjanya
yang membuat tulang tangan dan kakinya mengalami cidera.
karena kejadian itu, dia harus beristirahat dan pulang kampung ke rumah orang tuanya.
ya. itu adalah kabar terakhir yang aku tahu tentang dia.
2 atau 3 hari yang lalu. entah kenapa aku begitu kepikiran dia seharian.
aku merasa kayak aku kangen sekali sama dia ini.
lalu aku menceritakan tentang dia pada salah seorang teman yang kebetulan waktu itu nginep di rumah.
aku bilang, "aku pernah punya seorang teman, yang baik, lucu dan gak pernah nyakitin bla bla bla.,"
seperti penjelasan di atas. begitu menyenangkan dan berkesannya dia untuk aku.
sampai-sampai hilang kontak dengannya selama 5 bulanan ini cukup meresahkan.
hahaha. tidak selebay itu juga. cuma ya.. namanya orang kangen kan ya di luar kendali ya.
mungkin kamu juga pernah merasakan hal yang sama denganku.
tiba-tiba rindu dengan kawan lama, lalu kau akan mencari-carinya.
itu juga yang ku lakukan. aku mencoba menghubunginya lewat wa dan bbm.
namun kedua aplikasi miliknya itu tak bisa ku hubungi.
aku lupa kalau aku dan dia berteman di fesbuk.
lalu tiba2. setelah seharian aku menceritakannya pada si teman ini.
besok siangnya, pas mau berangkat kerja. tiba-tiba ada notif di hp ku,
ada inbox di fb ku yang mana itu dari dia. hah?
seolah-olah apa yang sedang kupikirkan dan kuceritakan semalam suntuk ini didengar malaikat lalu disampaikan ke dia,
yang menggerakan hatinya untuk membuka fesbuknya dan tiba-tiba mengirim pesan padaku.
dan dari situ kita terkoneksi lagi. lalu ku ceritakan bahwa aku memikirkannya belakangan ini.
dia (inshaAllah) terharu.
aku pun bertanya tentang keadaannya, kondisinya dan kenapa dia sempat menghilang dari peredaran.
dan dari cerita itu, sukses membuat genangan air di sudut mataku. rasanya hati ini sakit sekali.
kok bisa seseorang dalam kondisi seperti dia saat ini masih bisa hahahihi seolah tidak terjadi apa-apa padanya.
kemudian aku penasaran. kok bisa? tau gak sih? lho? ini apa?
ya intinya aku langsung aja nanya ke dia, kamu tu gak pernah marah ya mas?
mas kamu kok baik banget sih? mas kamu tu bukan manusia ya?
mas, kamu pernah nyakitin orang gak sih? mas. mas.. he.. tangi mas?
eh gak gitu deng. kemudian dia jawab. panjang. kali lebar. kali tinggi.
yang tidak bisa ku bagi semuanya di sini. karena itu ranah pribadi.
ternyata. dia juga bukanlah orang yang dari lahir sudah hahahihi seperti yang menjadi kesanku padanya kini.
dan dia pun menceritakan tentang dia versi 10th lebih yang lalu.
di mana dia masih muda, beda dan berbahaya.
dan beruntungnya aku baru mengenalnya 2 tahun belakangan ini.
aku mengenal dia dengan versi seperti yang ku ceritakan di atas. versi dia yang lovable.
dan lagi-lagi dia menceritakan tentang dirinya jauh sebelum seperti dia yang sekarang ini semalam suntuk.
kayak pagelaran wayang kulit.
ya intinya seperti itu. aku sengaja menulis tentang dia karena aku terkesan dengan dia.
tidak. bukan jatuh cinta. aku murni mengaguminya sebagai seorang teman.
teman yang tidak pernah menyakiti. contoh teman yang seperti ini yang ingin ku contoh untuk jadi teman yang lebih baik buat kamu.
dan semoga juga dia tidak keberatan kalau aku menulis tentang dia di sini.
aku yakin tidak. kan aku nulis dia yang bagus-bagus. ya emang gak ada jeleknya. mo gimana lagi?
awas mas, hati-hati habis ini beli helm yang ukurannya lebih gede dari biasanya ya. wkwkwk.
trimakasih sudah jadi teman yang baik, sudah mau menyapa, ngajak bercanda dan bercerita,
trimakasih sudah membaca-baca tulisan saya yang hanya butiran ringso ini. yang sekali kekucek langsung ilang.
pokoknya trimakasih banyak lah. buat semua kebaikannya.
semoga kamu sehat-sehat terus dan bahagia terus.
dan, kira-kira kapan kita ketemu lagi, mas?

Untukmu, yang sedang kurindukan malam ini.

Ijinkan aku menulis tentang kamu, sekali lagi.
Terlebih-lebih di sini, di media yang mungkin tak kau kehendaki.
Sejak aku menuai protes darimu sejumlah tujuhbelas lembar itu,
Sejak malam pertemuan kita yang diwarnai rintik air mata di pipiku; yang tak sederas tangis di hatiku.
Bolehkah aku meminta maaf atas kesoktahuanku menulis tentang kamu?
Dan terima kasih untuk "referensi" agar aku bisa menulis lebih baik lagi tentang kamu.
Tentang referensi tujuhbelas lembar itu, yang berisi "klarifikasi" apa yang terjadi sesungguhnya tentang yang sedang kutulis ini.
Sungguh, apapun yang kutulis di media ini bukanlah seratus persen fakta. Ada beberapa bagian yang memang sengaja kulebih dan kurangkan, hanya sekedar untuk menciptakan kesan drama.
Aku minta maaf kalau ini semua menyita waktumu dan mengganggu pikiranmu.
Aku juga ingin berterimakasih karena kau sudah perhatian dengan tulisanku yang hanya butiran debu, dibandingkan dengan tulisan-tulisan kamu yang sungguh membahana itu.
Perihal perlakuan "istimewa" yang tak ingin kau berikan padaku, aku tak mengapa.
Itu tak pernah menjadi masalah bagiku.
Karena istimewa atau tidak tergantung sudut pandang kita masing-masing.

Biarkan kuberi sedikit gambaran.
Misal, ini contoh saja lho ya.
Kau sedang kehujanan bersama gadis yang kau suka, kau mungkin bahagia, kau mungkin menganggap ini seperti di adegan film-film romantis, namun jika dia tak ada perasaan apa-apa padamu, mungkin dia akan merasakan hal yang berbeda, mungkin dia justru kesal karena kehujanan.
Seperti itu.

Tapi tak apa kalau ilustrasi di atas kau sangkal, mungkin kau punya pandangan yang berbeda mengenai sikap istimewa dan tidak istimewa.
Aku juga sudah membalas suratmu, surat "referensi" darimu. Aku juga sudah memberikan padamu langsung.
Aku sempat menunggu balasannya. namun kemudian aku merelakannya.
Kau balas, aku akan senang sekali. Tidakpun tak mengapa bagiku.
Toh isinya juga begitu-begitu saja. Mungkin tak penting bagimu.
Lagi pula siapalah aku ini? Aku bukan penulis asal Turki yang mendapat hadiah Nobel di bidang sastra.
Yang karya-karyanya kau suka itu.

Ah sudahlah, aku memang tak pandai menulis, apalagi menulis tentang kamu.
Dan seharusnya aku juga tak lancang menulis tentang kamu, bahkan hingga sebanyak ini.
Aku juga minta maaf untuk ini.
Begini saja, aku tetap temanmu, kau tetap temanku.
Kita adalah dua orang yang saling mengenal.
Bila kau ada perlu denganku, jangan sungkan-sungkan menghubungiku.
Aku juga akan melakukan hal yang sama padamu
Dan akan mengabaikan perasaanku.

Sekali lagi, istimewa atau tidak itu tergantung sudut pandang masing-masing.
Kalaupun kau melakukan hal yang istimewa pada orang yang tak mengistimewakan kamu,
maka kau juga tak akan istimewa di matanya.
Semoga kau terima, atau kalaupun kau ingin menyangkal,
aku membuka diri seluas-luasnya untuk kau sidang sekali lagi.
Dan untuk tulisan ini, semoga kau berkenan bila aku.

Menulis Kamu, Sekali lagi.

sebuah pesan singkat yang kuterima ketika aku baru saja mendaratkan pantat di kursi tempat kerja, membuat aku terhenyak tak kala ku tau siapa pengirimnya. namamu. terpampang nyata di layar ponselku. kemudian dengan sedikit gemetar aku membukanya. membacanya. iya, itu kau. yang tanpa basa basi dan menanyakan kabarku terlebih dahulu, menanyakan apakah aku bersedia menemuimu esok atau lusa.
jujur saja aku tak tahu mengapa. yang masih ku percaya, gemuruh api di hati ini kala itu tak sampai padamu. mungkin memang bukan tentang itu. lalu apa?
aku sengaja menghindarimu, menghindari obrolan tentangmu, dan menghindari memikirkanmu.
sejenak setelah membaca pesanmu, kemudian membalasnya dengan masih tak percaya dan penuh tanda tanya, sebenarnya ada apa, aku membuka lagi tulisan-tulisan yang kubuat untuk kamu, membacanya, kemudian meneteskan air mata.
aku menangis mengenang pahit manis yang mungkin hanya ku rasakan sendiri.
dan sekarang, aku mulai kehilangan selera makan, memikirkan apa yang akan kuhadapi hari esok. setelah aku menyanggupi untuk datang pada tempat dan waktu yang tlah kau tentukan.
bertemu kamu,
sekali lagi,

Masih ada perasaan mengganjal saat aku memutuskan untuk pergi. dari Kamu.
Kamu yang sudah tanpa sengaja menciderai hati ini.
Hati yang diam-diam menginginkan untuk dapat menduduki singgasana sukmamu.
Jiwa yang ku puja tanpa bicara.
Bicara? menatapmu pun aku sudah terbata-bata.
Bagai susunan kata dalam tiap-tiap lembar buku yang tak luput kau baca di tiap kau membuka mata,
Sefasih itulah aku memendam rasa.
Entah bagaimana aku tahu kapan kisah dalam buku ini berakhir jika aku tak menutupnya sekarang juga.
Namun menutupnya juga tetap meninggalkan sebuah tanda tanya besar yang pada akhirnya harus kurelakan.
Perlahan.
Dan pada akhirnya aku hanya bisa mengikhlaskan kau pada Pemilik segala rasa.
Dulu, mantra dan doa-doa masih kusematkan namamu.
Namun kini tak lagi.
Bukan aku tak lagi mengharapkanmu.
Hanya saja aku semakin yakin bahwa Dia tahu apa yang terbaik untuk aku. dan kamu.
Dan jika mungkin nantinya memang bukan kamu,
Doakan aku dapat ikhlas menjabat tanganmu dan mengucap selamat untukmu,
dan hidupmu yang tanpa aku.

me : kamu jadi rabi malem songo?
her : ora malem songo, malem wolulikur
me : wah selamat..
her : matur thankyou..
me : entuk jatah akad jam piro? iku kan mesti barengan wong akeh
her : durung ngerti..
me : yowes nek wes fix kabari ae. tak mengosongkan jadwal, tak siap2 tuku klambi apik, macak ayu. ben ra kalah ayu karo we.
her : inshaAllah cahem yo tak undang
me : wes ojo ileng-ileng kuwi
her : leh? tenanan iki?
me : entah kenapa setiap aku dengar namanya disebut, yang terlintas di kepalaku cuma peristiwa malam itu. kobar apinya masih mampu memanaskan mataku, hingga leleh. kemudian bercucuran air mata.
her : njir.. lebay.. wes ah.. ra sido tak undang ae kowe
me : yowes ra sido tak endorse jenang. bye

Untuk pertanda baik yang sudah tak baik lagi (untukku),
Kau sudah bukan lagi pertanda baik untukku, tapi bukan berarti kau bukan pertanda baik untuk yang lain.
Kau sudah bukan lagi pertanda baik untukku mana kala kau merapikan rambut ikalmu yang mulai gondrong itu di depanku untuk menyambut kedatangan gadis lain.
Kau sudah bukan lagi pertanda baik untukku sejak malam itu, tapi mungkin kau masih pertanda baik untuk gadis yang menyandarkan kepalanya dengan manja di bahumu yang kusakralkan.
Kau sudah bukan lagi pertanda baik untukku sejak sore itu, sore di mana kau katakan sedang berada di sebuah warung kopi yang ternyata sedang tutup waktu aku melewatinya, namun kau mungkin masih pertanda baik bagi orang yang menemanimu menikmati senja nan syahdu sembari ngeteh atau membaca buku
Kau sudah bukan lagi pertanda baik untukku, tapi bukan berarti kau suatu pertanda buruk untuk yang lain.
Kau.. sudah bukan lagi..

Kenapa saya membuat postingan ini setelah sekian lama tidak menjamah dunia per-blog-an?
dan kenapa kok bertepatan dengan Hari Kartini?
Jadi, sebenarnya saya tidak tahu kalau hari ini adalah Hari Kartini, kalau saja tadi pagi waktu berangkat ke kantor, saya melihat pawai anak-anak SMP dengan memakai baju daerah.
Lalu sesampainya di kantor, saya bertanya kepada sahabat-sahabat saya yang perempuan tentang arti kartini menurut mereka. dan inilah jawabannya.

"Kartini itu yang berarti mampu menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. yang bisa menempatkan skala prioritas. jika berperan sebagai ibu dan istri, prioritas utamanya adalah keluarga. nah.. di era modern sekarang ini, peran Kartini sering disalahgunakan. memang, dulunya Ibu Kartini adalah yang membuka cakrawala bagi wanita. yang memperjuangkan hak wanita agar mendapat hak yang sama dengan pria dalam hal kebebasan. kebebasan pemikiran maupun ruang gerak. tapi di jaman ini, wanita kita sering menyalahgunakan. dengan dalih itu mereka malah lalai dengan peran sesungguhnya dalam keluarga. sebenarnya kan Ibu Kartini tidak seperti itu. Beliau tetap menjadi istri yang sukses dalam keluarganya. mampu menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. hak bebas berekspresi, dan kewajiban sesungguhnya menjadi ibu dan istri. ingat tanah, ingat kodrat. belajar. belajar. belajar. Selamat Hari Kartini, sayangkuh.."
-Angelina Dyah Kusumawardhani, Bidan, bidadari bumi yang pertama kali menginjakkan kaki di kayangan-

"Harusnya arti dari Hari Kartini ini begitu sakral. tapi kenyataannya peringatan Hari Kartini hanya sekedar pakai kebaya, lomba-lomba, dll. Sedangkan, makna sesungguhnya dari Hari Kartini seolah terabaikan dengan adanya lomba, dan bagus-bagusan kebaya. Padahal perempuan-perempuan di Indonesia saat ini juga banyak hak-haknya yang belum terpenuhi meski sudah sering gembar-gembor soal Emansipasi Wanita. Saya kadang sebel melihat wanita-wanita masa kini memperingati kartini dengan cantik-cantikan dan bagus-bagusan kebaya, harusnya semua merenung, tentang bagaimana perjuangan Ibu Kita Kartini dulu agar mendapat kesetaraan dengan laki-laki hingga kita semua (perempuan masa kini) bisa merasakan bangku pendidikan, pekerjaan, dll."
-Arika Hutama, Presenter, Wartawan-

"Mengapa Hari Kartini harus identik dengan kebaya? apa kebaya sudah cukup menjadi simbol Kartini-an? harusnya ada hal lain yang lebih. contoh : yang biasa kerja pulang malah, pulangnya jadi lebih awal."
-Dyah Mitra Febrianti, Banker, Boronita, Barcanita, High Quality Jomblo-

"Menurut saya, makna dari Hari Kartini adalah Emansipasi tanpa melupakan kodrat sebagai wanita. penyetaraan gender dengan tidak melupakan wanita sebagai penjaga rumah, pengharum rumah, dan pendidik/madrasah di dalam rumah. dimanapun fisik wanita berada, hati dan pikiran tidak boleh lepas dari rumah dan keluarganya."
-Elly Nandar, founder Ayam Bakar Nandar-

"Saya mengutip Quote dari Ibu Kita Kartini "Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu, tapi hal yang benar-benar bisa menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri" itu saja, Selamat Hari Kartini"
-Niken Savitri, Pengusaha EO yang giat bekerja, tangguh dan sayang keluarga-

"Saya merayakan hari Kartini dengan kontrol kondisi 'kartini' yang ada di dalam perut saya"
-Pipink Jameela, ibu hamil yang lagi LDR-an sama suaminya-

"Hari Kartini, waktunya kerja keras kejar setoran. kamu ndak Kartini-an? sinih tak dandanin."
-Rinif Narulita, pengusaha rias manten dan pemilik toko sepatu kulit asli magetan yang paling hits-

"Kartini adalah penggerak kaum wanita yang kodrat awalnya hanya 'macak, masak, manak' menjadi paham tentang ilmu pengetahuan, pendidikan, dan bisa mendapat pekerjaan yang setara dengan laki-laki. kalau dari bahasa jawa Wanito adalah wani ditoto yang artinya berani ditata dan harusnya hanya di rumah dan mengurus keluarga, sejak adanya perjuangan Kartini, kita bisa menjadi wanita yang berpendidikan dan dapat meng-eksplor kemampuannya"
-Yosi Aryani, Admin distributor cat, istri yang baik-

nah itu adalah jawaban dari sahabat-sahabat saya tentang "Apa arti Kartini buat kamu?"
kalau buat aku sendiri, sifat Kartini yang harus diteladani adalah sifat pantang menyerah, tidak lelah belajar dan bekerja keras demi menjadi pribadi yang lebih berguna bagi sekitarnya.
Selamat Hari Kartini,

Bagaimana mungkin aku mendapat pertanda baik,
jika saja sikapmu masih sedingin es degan?
Es degan. ya.. kau ibarat es degan.
Dingin. Namun mampu menggugah selera tak kala terik siang mendera.
Lalu aku ingat, siang itu..
sembari andok es degan di taman kota,
aku mengeluarkan kotak makan dari ranselku,
ku sodorkan padamu kue coklat buatan tanganku.
Walau rasanya tak lebih manis dari senyum yang mengembang di bibirmu
kala kau mendapat hadiah sebuah buku.
Tapi mas,. soal kue coklat itu,
apa kau tau komposisi dasarnya?
Akan kubocorkan sedikit padamu,
tolong jangan beri tahu siapapun.
1 sendok teh perhatian, 2 kilogram ketulusan, segenggam cinta,
dan tanpa perlu pemanis buatan.
Ya, seperti sikap manisku padamu yang tak pernah ku buat-buat.
Mas, puisi ini semakin ngelantur..
Asal kau tau saja, inti dari puisi ini adalah..
hatiku yang sedang kacau karena balon hijau telah meletus,
oke maaf. Bukan itu..
tapi hatiku kacau karena sikap dingin serta cuekmu,
dan juga duniamu yang tak pernah bisa ku tembus.
Namun nyatanya.. puisi ini malah lebih mirip resep masakan.
Ah atau ini hanya efek lapar yang sedang berusaha menggagalkan usahaku
untuk mengurangi angka di timbangan?
Mas.. sudah lah.. kau di mana?
Maukah menemaniku makan nasi pecel di pasar?

Aku ingin menulis. tentang Kamu. Tapi tak bisa. Sedari tadi aku mencoba merangkai kata, tetap tak bisa. padahal isi kepalaku masih penuh dengan kamu. lalu harus bagaimana lagi caranya agar aku bisa menulis tentang kamu? apa aku hanya perlu mengetik namamu berulang-ulang hingga memenuhi lembar buku ini. kemudian aku mencoba membuka sosial media yang kau punya. namun aku lupa, kau bahkan tak sesosialis itu. lalu untuk apa kau membuatnya? seperti aku yang memiliki rasa padamu namun tak pernah kau tahu. entah.. sampai mana tulisan ini akan berakhir. ini hanya sebuah tulisan tentang ke-tak-berdayaan-ku menulis tentang kamu. sungguh aku ingin sekali menulis tentang kamu. agar suatu saat terbaca olehmu. karna kau gemar membaca. sialnya aku tak sepandai itu menulis. menuliskan perasaanku agar terbaca oleh hatimu.

gara-gara belakangan ini sering post puisi di blog, salah satu sahabat minta dibuatin puisi juga..
(alah.. kenese) yowes.. ora popo.. buat kamu opo sih seng ora? pesen-pesen sek kono lho.. pesen opo ae.. ojo larang-larang tapi.
jadi di bawah ini adalah puisi yang saya buat khusus untuk sahabat lemu saya yang bernama "Angelina" angel artinya bidadari. maka judul puisi ini adalah "untuk bidadari" karena mbak angel (dibaca : enjel) ini sangat baik dan tidak pernah menyakiti seperti bidadari. tapi kadang2 "ngrayah". oke langsung aja..


untuk bidadari..
bidadari yang kecantikan raganya tak sebanding dengan kecantikan hatinya
bidadari tanpa sayap yang mampu menerbangkanmu ke angkasa
bidadari gendut namun slalu muat di hati siapa saja yang mengenalnya
bidadari mata minus yang slalu melihat semuanya dari sisi "plus"

bidadari.. sini ku beri tahu..
kalau ada orang yang memintamu mengubah penampilan itu sah-sah saja
asal.. kau tak tersiksa dan menderita karena itu.
sebab yang terpenting adalah kau bahagia
hatimu sudah seluas samudra.
dan kau hanya perlu percaya..
malaikat sejatimu tak kan pernah meminta lebih dari yang kau punya.

tetap tebar tawa ceria, sebab itu yang membuat dunia bertambah satu warna.

untuk "Angelina Dyah Kusumawardhani"

aku menulis kamu sebab aku tak berani menyapamu bila tak ada yang perlu
aku menulis kamu sebab mereka bilang kau membangun jiwa berkesenianku
aku menulis kamu sebab hanya kau yang saat ini ada dalam isi kepalaku
aku menulis kamu sebab aku tak punya kemampuan untuk melukis kamu
aku menulis kamu sebab aku tak sanggup mengatakan bahwa kau istimewa
aku menulis kamu sebab mataku sedang tak dapat menjangkaumu, namun hatiku mampu
aku menulis kamu sebab kau suka membaca, dan ku harap tulisanku terbaca olehmu
aku menulis kamu sebab hanya ini yang ku bisa saat aku merindukanmu
aku menulis kamu, hanya untuk kamu,
lelaki kecil dengan jiwa dan isi kepala yang tak pernah semungil itu

aku membaca kamu lewat sorot mata di balik kacamatamu.
aku membaca kamu lewat kumis asimetris di atas senyum tipismu.
aku membaca kamu lewat topi yang melindungi kepalamu yang tak pernah berhenti berfikir.
aku membaca kamu lewat bahu yang tak pernah lelah memanggul ransel berisi buku-buku, "makanan" untuk otak dan hatimu.
aku membaca kamu lewat keheninganmu, yang sebenarnya tak sesepi itu.
aku membaca kamu lewat keramaian, yang sesungguhnya tak memberimu kedamaian.
kau mungkin bertanya mengapa aku membaca kamu?
sederhana saja, karena kau hanya mengajariku bagaimana cara membaca.
bukan mencinta..