Menulis Kamu, Sekali Lagi

03.51

Untukmu, yang sedang kurindukan malam ini.

Ijinkan aku menulis tentang kamu, sekali lagi.
Terlebih-lebih di sini, di media yang mungkin tak kau kehendaki.
Sejak aku menuai protes darimu sejumlah tujuhbelas lembar itu,
Sejak malam pertemuan kita yang diwarnai rintik air mata di pipiku; yang tak sederas tangis di hatiku.
Bolehkah aku meminta maaf atas kesoktahuanku menulis tentang kamu?
Dan terima kasih untuk "referensi" agar aku bisa menulis lebih baik lagi tentang kamu.
Tentang referensi tujuhbelas lembar itu, yang berisi "klarifikasi" apa yang terjadi sesungguhnya tentang yang sedang kutulis ini.
Sungguh, apapun yang kutulis di media ini bukanlah seratus persen fakta. Ada beberapa bagian yang memang sengaja kulebih dan kurangkan, hanya sekedar untuk menciptakan kesan drama.
Aku minta maaf kalau ini semua menyita waktumu dan mengganggu pikiranmu.
Aku juga ingin berterimakasih karena kau sudah perhatian dengan tulisanku yang hanya butiran debu, dibandingkan dengan tulisan-tulisan kamu yang sungguh membahana itu.
Perihal perlakuan "istimewa" yang tak ingin kau berikan padaku, aku tak mengapa.
Itu tak pernah menjadi masalah bagiku.
Karena istimewa atau tidak tergantung sudut pandang kita masing-masing.

Biarkan kuberi sedikit gambaran.
Misal, ini contoh saja lho ya.
Kau sedang kehujanan bersama gadis yang kau suka, kau mungkin bahagia, kau mungkin menganggap ini seperti di adegan film-film romantis, namun jika dia tak ada perasaan apa-apa padamu, mungkin dia akan merasakan hal yang berbeda, mungkin dia justru kesal karena kehujanan.
Seperti itu.

Tapi tak apa kalau ilustrasi di atas kau sangkal, mungkin kau punya pandangan yang berbeda mengenai sikap istimewa dan tidak istimewa.
Aku juga sudah membalas suratmu, surat "referensi" darimu. Aku juga sudah memberikan padamu langsung.
Aku sempat menunggu balasannya. namun kemudian aku merelakannya.
Kau balas, aku akan senang sekali. Tidakpun tak mengapa bagiku.
Toh isinya juga begitu-begitu saja. Mungkin tak penting bagimu.
Lagi pula siapalah aku ini? Aku bukan penulis asal Turki yang mendapat hadiah Nobel di bidang sastra.
Yang karya-karyanya kau suka itu.

Ah sudahlah, aku memang tak pandai menulis, apalagi menulis tentang kamu.
Dan seharusnya aku juga tak lancang menulis tentang kamu, bahkan hingga sebanyak ini.
Aku juga minta maaf untuk ini.
Begini saja, aku tetap temanmu, kau tetap temanku.
Kita adalah dua orang yang saling mengenal.
Bila kau ada perlu denganku, jangan sungkan-sungkan menghubungiku.
Aku juga akan melakukan hal yang sama padamu
Dan akan mengabaikan perasaanku.

Sekali lagi, istimewa atau tidak itu tergantung sudut pandang masing-masing.
Kalaupun kau melakukan hal yang istimewa pada orang yang tak mengistimewakan kamu,
maka kau juga tak akan istimewa di matanya.
Semoga kau terima, atau kalaupun kau ingin menyangkal,
aku membuka diri seluas-luasnya untuk kau sidang sekali lagi.
Dan untuk tulisan ini, semoga kau berkenan bila aku.

Menulis Kamu, Sekali lagi.

You Might Also Like

1 komentar

Komunitas Blogger Baper

Komunitas Blogger Baper

Kelas Inspirasi Bojonegoro