#CerpenPeterpan - Tertinggalkan Waktu

23.00


Baru satu jam aku berada di tempat ini, ya.. rumah ini. Rumahku. Errr.. maksudnya, rumah orang tuaku. Aku bahkan masih berpakaian lengkap dengan jaket, kaos, celana jeans, dan sepatu kets. Bukan.. bukan.. aku bukan tamu disini. Aku hanya baru sampai dirumah ini lagi. Yaaa.. perjalanan dari Jakarta ke kota ini menggunakan kereta memang cukup membuatku lelah. Dan sepertinya ibu juga tidak akan memprotesku kalau baru datang, aku hanya selonjoran di sofa depan seperti ini. Iya kan bu?
Dari belakang, ibu masuk menuju ruang tamu dan duduk disampingku.
Ibu Raka : “le.. ibu tau kamu capek, tapi mbok ya, mandi-mandi dulu gitu lho, ganti baju, biar seger, kalo udah, kamu boleh lanjutin istirahatnya. Itu ibu udah siapin air anget buat kamu mandi, eee.. itu makanan juga udah ada di meja makan, kalo kamu laper, apa perlu ibu suapin?”
Raka : “iya bu’e.. aku mandi sekarang ya?” *beranjak dari sofa, mau ke kamar mandi*
Ibu Raka : “eh le, itu undangannya ada di atas meja di kamarmu..”
Raka : *menghentikan langkah* “undangan apa bu’e?”
Ibu Raka : “loh? Kamu belum dikasih tau tow sama Ana? Dia bilang, kamu sudah tau..”
Raka : “Ana? Ana kenapa bu’e?”
Ibu Raka : “Ana kan mau menikah, masak kamu gak tau? Kan kamu bilang, kalau Ana itu sahabatmu. Gimana sih kamu, le?”
Raka : “apa bu’e? Ana mau menikah?”
Ibu Raka : “iya.. kok kamu kaget gitu? Memangnya dia tidak pernah cerita? Itu lihat saja undangannya di kamarmu..”
Raka : *lari bergegas menuju kamar*
Di undangan tersebut tertulis nama “Ana Meyla Dewi” sebagai mempelai wanita. Ternyata benar, Ana akan segera menikah. Apa yang harus kulakukan, Tuhan.. aku bisa apa? Gadis yang selama ini aku cintai akan segera menikah. Seketika kakiku terasa lemas sekali, aku terduduk di atas tempat tidurku sambil tetap memegangi undangan pernikahan sahabatku tersebut.
Aku tidak bisa berkata-kata, aku tidak tau harus berbuat apa. Aku masih tidak percaya dan aku tidak jadi mandi. Selama 7 tahun ini, semenjak lulus SMA tepatnya, aku langsung berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahku, mencari pengalaman dan juga mencari uang. Meninggalkan rumah ini, kota ini, dan meninggalkan Ana. Gadis yang ku akui di depan orang-orang sebagai sahabat, walau hatiku menginginkan lebih dari itu.
Aku mengenal Ana sejak duduk di bangku SMA, iya. Dia teman sekelasku sewaktu di SMA, dan lebih tepatnya, teman sebangku. Aku sudah sangat dekat dengannya, ya.. sebut saja kami bersahabat. Ana gadis yang baik dan pintar, eh.. tunggu.. tunggu.. sepertinya penjelasan itu tadi terlalu umum, biar ku beritahu kau lebih jauh tentang Ana, selain baik dan juga pintar, Ana juga adalah gadis yang hebat. Ia bisa melakukan apapun. Iya.. apapun.. pokoknya, dia tidak pernah berkata tidak bisa. Yah.. tidak jauh berbeda lah dengan aku yang hebat dan keren ini.
Pikiranku jauh melayang, mengingat-ingat masa-masa di sekolah dulu bersama Ana. Kalau mengingat-ingatnya aku jadi suka tertawa-tawa sendiri. Yah.. mungkin sebentar lagi aku akan gila. Aku jadi ingat, dulu dia sering terlambat datang ke sekolah gara-gara aku.
Ana : “besok ke sekolahnya berangkat bareng yah, Raka..”
Raka : “okey.. tapi kamu jemput aku dirumah ya, An?”
Ana : “siapp…”
*****

*keesokan paginya”
Ana : “RAKA… BANGUN !! UDAH JAM BERAPA INI. KATANYA MINTA DI JEMPUT. AKU BISA-BISA TERLAMBAT INI KE SEKOLAHNYA GARA-GARA KAMU.”
Raka : “iya… iya…” *bangun dan bergegas menuju kamar mandi.*
Ana : “BURUAN.. GAK PAKE LAMA. UDAH HAMPIR JAM 7 INI, GEBLEKKK.. ABIS NGERONDA KAMU YA??”
Raka : “DIEM , BAWEL !!!”
*10menit kemudian*
Raka : “yok.. berangkat… aku udah siap !!”
Ana : “weehh?? Cepet banget.. kamu gak mandi ya, Raka?”
Raka : “enak saja.. ya mandi lah.. masa’ mau sekolah gak mandi dulu?”
Ana : “halah.. aku tau banget.. mandi nya kamu kan lama.. kamu pasti cuma cuci muka. Ya kan? Hayo ngaku!?”
Raka : “hehe.. iya deh.. iya… ya udah sih.. aku tetep keren ini… gak apa-apa kan?”
Ana : “hih.. njijik’i kamu tuh..”
Raka : “ya udah.. ya udah.. yok berangkat aja.. ntar kita terlambat loh..”
Ana : “EMANG KITA UDAH TERLAMBAT, NYET…”
Raka : *liat jam* *07.15* “oh iya.. hahaha..”
Ana : “trus gimana nih? Apa kita bolos aja? Masuk juga percuma, udah terlambat ini. Yang ada malah kita kena hukuman.”
Raka : “jangan, An.. kamu nih.. ngajarin gak bener aja.. lebih baik terlambat, daripada tidak masuk sama sekali. Sekolah bayarnya mahal loh.. rugi kalo bolos”
Ana : “yang gak bangun pagi siapa?”
Raka : “hehehe.. ya udah maaf.. tapi kita tetep sekolah loh ya? Eh, An.. boncengin aku yah? Aku masih ngantuk nih.. ntar kalo aku yg boncengin kamu, trus nabrak gara-gara ngantuk gimana? Ya An, ya? Mau kan?”
Ana : “KAMPRET !! ya udah,buruan naik..”
*Ana mengayuh sepedanya dengan kencang
Dan aku, membonceng di belakang Ana, sambil menyenderkan kepalaku pada punggungnya, karena masih mengantuk.
*sesampainya di sekolah*
Ana : “tuh.. kan bener.. ada pak cahyo di depan gerbang.. tamat riwayat kita, bang !!”
Raka : “hadapi, An.. hadapi.. kita pasti bisa… Cuma pak Cahyo ini aja..”
Ana : “Cuma pak Cahyo aja kamu bilang?? dia kan guru BP paling galak..”
Pak Cahyo : “heh.. sini.. sini… bagus ya.. kalian jam segini baru berangkat sekolah?” kata pak Cahyo.
Ana : “mati kita, raka.. matiii…”
Raka : “udah.. gak apa-apa.. tenang aja, An..”
Pak Cahyo : “kenapa kalian terlambat?”
Raka : “macet, pak”
Ana : “ada operasi, pak”
Pak Cahyo : “hah? Ngawur kalian berdua. Ini bukan kota besar, mana mungkin macet? Operasi? Kalian kan naik sepeda ontel? Mana mungkin kena operasi? Sudah.. sudah.. sekarang kalian pilih aja mau dihukum lari keliling lapangan, atau bersihin Lab computer?”
Raka : “lari, pak !” kata ku
Ana : “bersihin Lab aja pak, saya capek habis boncengin dia sambil ngebut”
Raka : “ya udah, pak. Saya gak jadi lari. Bantuin Ana aja bersihin Lab..”
Pak Cahyo : “loh.. gimana sih. Ya sudah. Kalian berdua, bersihin Lab computer sekarang setelah itu isi buku pelanggaran, baru setelah itu kalian boleh masuk kelas!!”
Raka &Ana: “baik, pak!”
Yah.. begitulah sepenggal kisah masa-masa sekolahku dulu bersama Ana. Menyenangkan bagiku. Mungkin baginya juga.

Aku menyukai Ana sejak di bangku SMA, mungkin dia tidak pernah tahu, karena aku tidak pernah mengatakannya. Iya, aku tidak pernah mengatakan kalau aku menyukainya, dan aku tidak ingin hanya menjadi sahabatnya. Aku tidak berani mengatakannya karena … karena … karena aku tidak ingin merusak yang sudah ada sekarang. Iya sekarang. Sekarang hubunganku dengan Ana baik-baik saja. Aku takut jika nanti aku mengatakan bahwa aku menyukainya dan ingin dia lebih dari sekedar teman/sahabat aku takut dia tidak bisa menerima dan kau tau apa yang akan terjadi? Bisa saja dia akan menjauh dariku, atau aku yang akan menjadi tak enak hati padanya.
Dan jadilah sampai lulus sekolah, sampai saat ini pun aku hanya berstatus “sahabat” baginya. Bagi Ana. Hahaha… mungkin aku sudah benar-benar gila. Lebih tepatnya gila sejak dulu. Gila kenapa gak sejak dulu aku bilang suka ke Ana, setidaknya aku tau perasaan dia ke aku kayak gimana. Dan kini aku semakin gila sejak mendapat undangan pernikahan Ana. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Apa aku harus datang ke pesta pernikahan Ana dan mengacaukan pestanya. Ah.. tidak.. tidak… aku masih memiliki akal sehat untuk tidak melakukan tindakan bodoh semacam itu. Atau aku tidak usah datang saja, dan berpura-pura bahwa aku masih berada di Jakarta dan tidak bisa pulang dan menghadiri pesta pernikahannya karena urusan pekerjaan? Bagaimana?
Selama ini aku hanya berdiam, aku merasa aku hanya tertidur, memimpikan Ana, melamunkan Ana. Mengkhayalkan seandainya akulah pujaan hatinya. Kemana saja aku selama ini? Aku tidak mungkin bisa memutar waktu, aku tidak mungkin mengatakannya saat ini, aku tidak mungkin menemuinya sekarang, bisa-bisa aku mengacaukan semuanya. Tidak tidak.. ini tidak adil bagi Ana, Biarlah orang yang kucintai tetap menganggapku sahabat. Tidak lebih. Dan aku juga tak sanggup bertemu dengan Ana yang sudah bersama orang lain. Yah.. aku sudah memutuskan, biarlah mimpi ini tetap menjadi mimpi. Aku.. tertinggalkan waktu.
Kau terbangun dari tidur panjang yang lelahkan mu
Sesali wajah mu merenta, kisah mu terlupa
Kau sadari semua yang berjalan t’lah tinggalkan mu
Dan tak dapat merangkai semua, dekat di khayal mu


Kau harapkan keajaiban datang hadir dipundakmu
Kau harapkan keajaiban meleng-kapi khayal mu


Kau biarkan mimpi tetap mimpi
yang melengkapi khayalmu
Kau terhenyak dan terbangunkan,
harapkan keajaiban datang, hadir di pundak mu

Kau mencari letak masa lalu yang lepaskan mu
Sesali wajah mu merenta, kisah mu terlupa
Kau sadari semua yang berjalan tlah tinggalkan mu
Dan tak dapat merangkai semua, dekat di khayal mu

You Might Also Like

2 komentar

  1. wuoh biasanya saya paling males kalau baca cerita yang agak panjang tapi ini beda mbak saya bisa baca sampai akhir. tanpa halangan. Dahsyat!

    BalasHapus

Komunitas Blogger Baper

Komunitas Blogger Baper

Kelas Inspirasi Bojonegoro